File 05 - Restorasi Kelas IV Gigi Sulung Dengan Celluloid Crown

PENDAHULUAN
     Restorasi kelas IV merupakan restorasi yang diaplikasikan pada permukaan proksimal dan meluas ke permukaan insisal pada gigi anterior. Pada anak, restorasi kelas IV ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor etiologi antara lain, akibat karies dan akibat trauma. Karies pada gigi depan sulung dapat disebabkan karena Self-cleansing yang kurang baik atau karena penggunaan susu botol sebelum tidur (Bottled-Caries). Selain itu, faktor trauma juga merupakan salah satu penyebab pentingnya perawatan restorasi pada kavitas kelas IV terutama trauma mekanik seperti kecelakaan atau jatuh.
     Pentingnya restorasi kelas IV pada anak disebabkan karena dengan adanya kavitas kelas IV baik yang disebabkan oleh karies maupun karena trauma akan mempengaruhi penampilan anak. Adanya kavitas kelas IV pada gigi anterior anak sangat mengganggu estetika gigi anak dan dapat mengurangi rasa percaya diri anak tersebut. Oleh karena itu diperlukan bahan restorasi yang memiliki estetika yang baik khususnya untuk gigi anterior. Bahan restorasi tersebut sebaiknya dipilih yang memiliki warna sewarna dengan gigi asli. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk merestorasi kavitas kelas IV pada anak adalah Resin Komposit dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pada makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai restorasi pada gigi sulung dengan menggunakan bahan sewarna gigi resin komposit pada kavitas Kelas IV yaitu pada permukaan proskimal yang meluas ke permukaan insisal gigi anterior.

RESIN KOMPOSIT
     Resin komposit merupakan bahan tambalan yang sekarang banyak digunakan khususnya untuk restorasi gigi estetis. Bahan ini memiliki warna yang hampir menyerupai warna gigi. Bahan Resin komposit yang ideal jika memiliki 4 syarat berikut yaitu (1). Dapat menyerupai gigi asli warna dan translusensi, (2). Kekuatan unutk menahan daerah dengan tekanan kunyah dalam jangka waktu yang lama, (3). Tidak terlihat batas antara restorasi dengan gigi jika dipakai dalam waktu yang lama, (4). Mendapatkan bentuk dan kilat yang sesuai dengan gigi asli serta dapat mempertahankannya dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, bahan ini sangat baik digunakan untuk restorasi gigi anterior. 1,2

Komposisi
Resin komposit terdiri atas empat komponen utama yaitu organic polymer matrix, inorganic filler particle, coupling agent, dan initiator-acclerator system. 
    Organic polymer matrix (oligomers) yang paling umum digunakan pada dental komposit adalah Molekul BIS-GMA yang merupakan monomer dimetakrilat yang disintesis oleh reaksi antara bisfenol-A dan glisidil metakrilat serta modifikasi dari BIS-GMA yaitu urethane dimethacrylate. 
     Inorganic filler particle (fillers) yang biasa digunakan yaitu partikel-partikel halus dari komonen silika, crystalline quartz, atau borosilicate glass. Partikel-partikel ini cenderung menahan perubahan bentuk dari matriks resin lunak. Kandungan fillers yang tinggi dan perbedaan kimiawai dari materiks resin mengurangi koefisisen pemuaian panas. Bahan fillers juga mengurangi pengerutan (shrinkage) saat polimerisasi dan berfungsi untuk menambah kekerasan restorasi. 
     Sebuah resin komposit agar memiliki sifat yang optimal harus membentuk sebuah ikatan antara inorganic fillers dengan organic olygomers. Ikatan ini akan menyebabkan oligomer yang lebih plastis meneruskan stress ke partikel filler yang lebih kaku. Ikatan antara 2 komponen ini dibentuk oleh Coupling agent. Bahan coupling agent yang paling umum digunakan adalah organic silicon compunds yaitu Silanes. Aplikasi coupling agent yang tepat dapat memperbaiki baik sifat fisis maupun sifat mekanis serta memberikan stabilitas hidrolitik untuk mencegah air berpenetrasi antara permukaan resin dan partikel fillers. Bahan resin komposit juga diformulasikan untuk mengandung bahan initiator-acclerator system yang akan mempengaruhi mekanisme pengerasan (polimerisasi) yaitu self-curing, light curing atau dual curing. 1,2
 
Klasifikasi Resin Komposit
     Berdasarkan ukuran partikel filler, resin komposit terbagi menjadi 4 tipe yaitu sebagai berikut :
  1. Macrofilled Composites -> menggunakan bahan crystalline quartz dengan ukuran partikel yang besar yaitu 50-100 µm. Muatan filler adalah 70-80%. Kekuatan kompresif, koefisien muai panas, dan kekerasan lebih baik dari resin acrylic. Kerugian : secara klinis yaitu terjadinya permukaan yang kasar disebabkan oleh abarasi pada saat penggunaan dan memiliki tendensi untuk diskolorisasi. Selain itu, resistensi terhadap keausan permukaan oklusal menyebabkan bahan ini tidak dianjurkan untuk gigi posterior. Indikasi : Untuk Kelas II dan Kelas IV.
  2. Small-filled Composite -> Resin komposit ini muncul sebagai perkembangan untuk mendapatkan permukaan halus yang sama atau mendekati permukaan microfilled composite dengan tetap mempertahankan atau memperbaiki sifat fisis dan mekanis dari macrofilled composite. Ukuran rata-rata partikel bahan ini adalah 1-5 µm yang mengandung lebih banyak anorganic filler (80% berat dan 70% volume). Indikasi : untuk tambalan pada daerah yang terkena tekanan besar dan abrasi seperti Klas II dan Klas IV.
  3. Microfilled Composite -> menggunakan bahan silika koloidal dengan ukuran partikel rata-rata adalah 0,02-0,04 µm. Merupakan resin yang diperkuat untuk mendapatkan permukaan yang halus. Kandungan fillernya 80% berat atau 70% volume. Memiliki sifat fisik dan mekanis yang lebih rendah dari macrofilled composite. Namun secara klinis permukaanya lebih halus (estetis). Indikasi : merupakan pilihan utama untuk penambalan estetis pada gigi –gigi anterior, terutama untk tambalan tanpa beban.
  4. Hybrid Composite -> Bahan ini dikembangkan untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan komposit small-filled dengan tetap mempertahankan sifat-sifat fisis maupun mekanis dari bahan komposit lain. Ukuran rata-rata partikel fillernya adalah 1,0 µm. Terdiri dari silika koloidal dan partikel halus kaca. Indikasi : karena permukaannya yang lebih halus dan estetis serta kekuatan yang baik, bahan ini cocok digunakan untuk gigi anterior termasuk Klas IV. Selain itu, berdasarkan sifatnya bahan ini lebih baik dari Microfilled composite. 1,2
Mekanisme Polimerisasi
  • Self-cured Resin Komposit -> Bahan ini tersedia dalam bentuk 2 pasta yang salah satunya berisi inisiator Benzoyl peroxide dan yang lainnya adalah aktivator tertiary amine. Jika kedua bahan dicampurkan maka pengerasan dimulai. Setelah pencampuran dilakukan, self-cured composite memiliki working time 60-90 detik (aplikasi pada kavitas), kemudian bahan mengeras dan tidak diganggu sampai setting time berakhir sekitar 4-5 menit.
  • Dual Cured Resin Komposit -> Memiliki chemical acclerator dan light activator. Mekanisme polimerisasinya yaitu pertama diinisiasi dengan cahaya yang kemudian diikuti dengan self-cured mechanism.
  • Light Cured Resin Komposit -> Bahan ini tersedia dalam satu pasta. Bila disinari dengan panjang gelombang yang tepat akan merangsang fotoinisiator berekasi dengan amine membentuk radikal bebas dan terjadi polimerisasi. Exposure time tergantung pada jenis, kedalaman, dan shade dari komposit. Waktu bervariasi mulai dari 20-60 detik untuk 2mm restorasi. Setting time bergantung pada intensitas dan kemampuan penetrasi dari cahaya yang dipaparkan. 1,2
     Suatu bahan mencapai polimerisasi penuh ditentukan oleh tingkat konversi monomer menjadi polimer, yang menunjukkan jumlah kelompok methacrylate yang bereaksi satu sama lain saat proses konversi tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konversi dari komposit ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 3
Faktor Pengaruh Tingkat Konversi Komposit

Indikasi dan Kontraindikasi
Bahan resin komposit direkomendasikan unutk kasus kasus sebagai berikut yaitu :
  1. Karies pada pit dan fisur kelas I dimana restorasi resin preventif konservatif tepat untuk dilakukan
  2. Karies kelas I yang meluas ke dentin.
  3. Restorasi kelas II pada gigi susu yang tidak meluas diluar sudut garis proksimal
  4. Restorasi kelas II pada gigi permanen yang meluas kira-kira 1/3 sampai ½ panjang intercuspal bukolingual gigi.
  5. Restorasi Kelas III, IV, V untuk gigi susu dan gigi permanent 4
Bahan resin komposit bukanlah suatu pilihan restorasi untuk kasus-kasus seperti berikut :
  1. Bila gigi tidak bisa diisolasi untuk kontrol kelembaban
  2. Individu yang membuthukan restorasi permukaan multiple dan besar pada posterior gigi susu.
  3. Pasien resiko tinggi memiliki karies multiple dan/atau gigi demineralisasi dan oral hygiene yang buruk. 4
KAVITAS KELAS IV
     Kavitas Kelas IV merupakan kavitas yang terbentuk pada permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut incisal. Kavitas ini sebenarya merupakan kelanjutan dari kavitas Kelas III. Karies yang luas atau abrasi yang hebat bisa melemahkan sudut incisal dan menyebabkan terjadinya fraktur. Kavitas ini juga merupakan kelanjutan dari kavitasi dan rusaknya dukungan dari sudut gigi. 1
 
Gambar Kavitas Kelas IV

 PREPARASI KAVITAS GIGI SULUNG
     Black telah menggariskan suatu cara melakukan preparasi kavitas dan menentukan beberapa prinsip yang harus ditaati dalam praktek sehari-hari. Pada gigi sulungpun dapat diterapkan prinsip tersebut. Dianjurkan bahwa selama melakukan preparasi kavitas, hendaknya mengikuti langkah-langkah berikut ini yaitu mendapatkan jalan masuk ke kavitas, membuat bentuk ragangan kavitas, menghilangkan karies, membuat bentuk resistensi dan retensi, menghaluskan serta membersihkan kavitas. Semua kavitas sedapat mungkin dibuat dengan membuang jaringan sehat sesedikit mungkin agar sisa gigi yang sehat masih cukup banyak untuk menahan daya kunyah. 6
      Restorasi pada gigi sulung berbeda dengan restorasi gigi permanen, karena perbedaan morfologi masing-masing gigi. Diameter mesio-distal mahkota gigi sulung lebih besar daripada dimensi serviko oklusal. Permukaan bukal dan lingual konvergen terhadap oklusal. Ketebalan enamel lebih tipis dan lebih konsisten. Enamel rods di daerah servikal memiliki kemiringan ke arah oklusal. 6
      Yang harus diperhatikan pada prosedur restorasi adalah ruang pulpa pada gigi sulung lebih besar dan lebih dekat dengan oklusal dibandingkan dengan gigi permanen. Kontak proksimal gigi sulung juga lebih lebar dan datar bila dibanding dengan gigi permanen yang berkontak poin sirkular. 6

TEKNIK RESTORASI KELAS IV G.SULUNG DENGAN RESIN KOMPOSIT
     Restorasi dengan bahan resin komposit yang dilakukan pada kavitas kelas IV yaitu yang melibatkan permukaan prokimal dan permukaan insisal dapat dilakukan dengan bantuan celluloid form. Celluloid form merupakan mahkota transparan lepasan yang digunakan sebagai matriks untuk restorasi resin komposit. Celluloid form diindikasikan untuk gigi sulung anterior yang memiliki karies yang parah, fraktur, malformasi gigi termasuk enamel hypoplasia, dan diskolorisasi. Celluloid form juga merupakan indikasi perawatan terakhir setelah perawatan pulpectomy atau pulpotomy. Namun, penggunaan celluloid form dikontraindikasikan untuk gigi dengan karies parah dengan struktur yang inadekuat untuk retensi, gigi dengan karies yang meluas sampai tidak tersisa struktur enamel yang utuh, overbite yang dalam, dan adanya penyakit periodontal. 7
      Awalnya gigi dibersihkan secara menyeluruh dengan pasta profilaksis non-flouride. Permukaan enamel dipreparasi untuk prosedur acid-etch bonding. Rubber dam dapat digunakan untuk mengisolasi gigi. Retensi yang diperoleh tergantung pada ikatan asam terhadap enamel, dan gingival undercut yang menyebabkan suatu mechanical lock. Oleh karena itu, preparasi harus konservatif dengan mempertahankan struktur enamel sebanyak mungkin. 7


Prosedur Restorasi dengan bantuan Celluloid Crown :
  1. Administrasi anestesi lokal bila diperlukan.
  2. Mengisolasi gigi dengan menggunakan rubber dam.
  3. Pilih bentuk mahkota yang tepat agar sesuai dengan lebar mesio-distal gigi aslinya, untuk mempertahankan ruang dan kontak dengan gigi tetangga.
  4. Mengurangi permukaan proksimal mesial dan distal minimal dengan menggunakan fine tappered diamond. Pengurangan harus ke arah margin gingiva hanya untuk menghilangkan struktur gigi yang diperlukan untuk pemasangan celluloid crown lepasan.
  5. Mengurangi tepi insisal sekitar 1 mm.
  6. Buang semua karies dengan ekskavator atau dengan bur bulat no.4.
  7. Buat sedikit undercut pada bagian labial margin gingiva dengan 33-1/3 inverted cone atau dengan bur bulat kecil. Perluas undercut sampai ke bagian palatal margin gingiva. Hindari mengurangi enamel secara berlebih pada permukaan labial dan palatal.
  8. Letakkan bahan pulp liner pada seluruh permukaan dentin yang terbuka dalam keadaan kering sebelum etching.
  9. Lapisi semua permukaan enamel dengan phosporic acid etching solution. Biarkan selama minimal 2 menit, kemudian cuci dan keringkan. Permukaan enamel sekarang bertekstur putih berkapur.
  10. Potong bentuk mahkota yang dipilih dengan gunting 1mm di bawah margin gingiva. Pastikan bahwa tinggi insisal pada ketinggian yang diinginkan.
  11. Tempatkan sebuah lubang kecil pada permukaan lingual dari mahkota menggunakan bur bulat kecil, untuk mencegah adanya gelembung udara yang terperangkap dalam bahan komposit.
  12. Aplikasikan bonding sealant pada seluruh permukaan gigi yang kering.
  13. Campur resin komposit, kemudian isi resin komposit pada mahkota celluloid tersebut, lakukan secara hati-hati untuk menghindari terperangkapnya udara.
  14. Letakkan mahkota yang telah diisi resin komposti secara hati-hati 1 mm dibawah margin gingiva, pastikan untuk melakukan ini dalam keadaan oklusi yang baik. Sementara masih lunak, mahkota disesuaikan dengan oklusi dan estetika. Buang kelebihan resin komposit pada daerah margin dengan menggunakan explorer.
  15. Biarkan resin komposit sampai mengeras sebelum mahkota dilepaskan.
  16. Gunakan Disk batu hijau kecil untuk mengurangi bagian lungal dari celluloid crown form. Kemudian explorer atau sealer dapat digunakan untuk melepaskan celluloid shell dari resin komposit yang telah mengeras. 7
Finishing
     Jika celluloid crown form di bentuk dan diletakkan dengan tepat, maka tidak perlu dilakukan finishing pada permukaan labial. Resin komposit yang pada saat berpolimerisasi berkontak dengan bahan plastik akan menghasilkan hasil yang terhalus (tidak ada prosedur tambahan yang dapat meningkatkan kekilauan permukaannya. Selain itu, dengan meninggalkan permukaan labial secara utuh (tanpa prosedur polishing dan finishing) maka kemungkinan staining dapat diperkecil. 7
                                             

                                                      
Prosedur Restorasi Resin Komposit dengan bantuan Celluloid Crown

PEMBAHASAN
     Bahan resin komposit menunjukkan kekuatan terbaik, ketahanan terhadap aus, estestis, dan warna yang sesuai dengan warna gigi. Oleh karena itu, bahan ini sering dijadikan pilihan utama oleh banyak dokter dalam merestorasi gigi anterior. Namun, bahan ini memerlukan teknik yang paling sensitif, memerlukan penggunaan etsa asam dan bonding agent, dan tidak toleran terhadap kelembaban dan atau perdarahan sehingga untuk pasien-pasien yang tidak dapat dilakukan prosedur isolasi, bahan ini bukanlah pilihan bahan yang tepat.
     Pengguanaan bahan restorasi resin komposit dalam merestorasi gigi anak sebenarnya merupakan pilihan restorasi yang memiliki resiko yang tinggi. Walaupun penggunaan bahan resin komposit memperkenankan praktisi untuk lebih konservatif dalam preparasi gigi atau yang sering disebut dengan minimal intervention yaitu dengan membuang sebanyak mungkin jaringan yang terkena karies, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin jaringan sehat, namun resin komposit memiliki waktu yang lebih lama untuk diaplikasikan sehingga perlu teknik yang baik. Teknik aplikasi yang baik dapat memperkecil kumungkinan kegagalan dari restorasi tersebut. 4
      Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam merestorasi kavitas kelas IV pada gigi sulung khusunya dengan bahan Resin Komposit. Salah satu tekniknya adalah dengan menggunakan bantuan Celluloid form atau disebut dengan teknik Direct Resin Crown. Teknik ini menggunakan crown lepasan yang digunakan sebagai matriks yang kemudian diisi dengan bahan resin komposit dan diposisikan pada permukaan gigi yang akan direstorasi. Hasil yang diperoleh dari teknik ini menunjukkan kualitas estetika yang sangat baik, halus, dan berkemungkinan kecil untuk terjadi stain. Selain itu, teknik ini murah dan mudah untuk dikerjakan sehingga dapat meminimalisasikan waktu kerja.8-10 Dengan teknik direct resin crown ini, kita dapat memperkecil kemungkinan kegagalan restorasi yang disebabkan oleh teknik aplikasi yang kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Baum, Philips, Lund. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Alih Bahasa. Rasinta Tarigan 1st ed. Jakarta: EGC, 1997: 49-51; 253-263.
  2. Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 11th ed. Missiouri: Mosby, 2002: 232-237; 245-246
  3. Garcia AH, Lozano MAM, Vila JC, Escribano AB, Galve PF. Composite resins a review of the materials and clinical indication. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2006; 11:E215-E220.
  4. American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline on pediatric restorative dentistry. 2008. (14 September 2011)
  5. Brauer JC. Dentistry for children. 4th ed. Pennsylvania: McGraw-Hill Book Company, 1959: 76-79.
  6. Pradopo S, Saskianti T. Mengatasi kegagalan restorasi kelas II pada gigi sulung. Dentika Dental Journal 2007; 12(1): 75-80.
  7. Webber DL, Epstein NB, Wong JW, Tsamtsouris A. A method of restoring primary anterior teeth with the aid of a celluloid crown form and composite resin. Pediatric Dentistry 1979; 1(4):244-246.
  8. McDonald RE. Dentistry for the child and adolescent. 8th ed. Missouri: Mosby, 2004: 74-77.
  9. Lee JK. Restoration of primary anterior teeth: review of the literature. (14 September 2011).
  10. Waggoner WF. Restoring primary anterior teeth. Pediatric Dentistry 2002; 24:511-516.