File 08 - Perawatan Pulpa Dengan Pulpotomi Devital Pada Gigi Sulung

ABSTRACT
     Currently devitalized pulpotomy or two visits pulpotomy are rarely used because of various reasons. This treatment uses paraformaldehyde pastes as pulp mummification materials. The treatment requires a long time procedures and use of toxic materials. However, the devitalized pulpotomy remains one of therapeutic option on the dental pulp of primary teeth.
Key Words :  devitalized pulpotomy, paraformaldehyde, mummification
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENGANTAR
     Terbukanya pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula disebabkan oleh trauma dari suatu benturan atau selama preparasi kavitas. Terbukanya pulpa disebabkan oleh karies yang sering terjadi pada gigi-gigi susu dengan rongga pulpa yang relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol, dan email serta dentin yang lebih tipis. Karies akan menyebabkan infeksi pulpa sedangkan trauma yang menyebabkan terbukanya pulpa akan mengalami infeksi jika terkontaminasi oleh saliva. Pulpa yang terinfeksi ini akan meradang dan dapat terjadi nekrosis pulpa. Jika infeksi menyebar ke tulang alveolar maka benih gigi permanen dibawahnya dapat terkena. Oleh karena itu, gigi susu dengan pulpa yang terbuka tidak boleh dibiarkan tanpa perawatan tetapi harus dilakukan pilihan perawatan konservatif melalui perawatan pulpa atau dengan pencabutan. 1
      Perawatan endodonti pada anak pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan yang dilakukan pada pasien dewasa. Tujuan perawatan yaitu meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya. Selain itu, faktor pertimbangan khusus diperlukan saat memutuskan rencana perawatan yang sesuai untuk gigi susu yaitu mempertahankan gigi pada lengkung rahang sampai tanggal secara normal. 2
      Perawatan endodonti pada anak dapat meliputi perawatan pulpa konservatif dan perawatan pulpa radikal. Pada perawatan pulpa konservatif, pulpa yang dirawat hanya sebatas pada pulpa yang berada pada kamar pulpa dan meninggalkan jaringan pulpa diakar secara vital. Sedangkan pada perawatan pulpa radikal, jaringan pulpa yang dirawat baik meliputi kamar pulpa maupun pada saluran akar. Perawatan pulpa konservatif yang dilakukan adalah pulp capping (direct & indirect) dan pulpotomi (vital, devital dan mortal). Perawatan pulpa radikal pada gigi susu yaitu pulpektomi. Berbagai jenis perawatan pulpa pada anak dapat kita lakukan tergantung dari indikasinya. Pada makalah ini, akan dibahas perawatan pulpotomi pada gigi susu dengan teknik devitalisasi (mumifikasi). 

Anatomi Pulpa Gigi Sulung
     Pulpa pada gigi sulung secara anatomis memiliki perbedaan dengan pada gigi permanen. Perbedaan anatomi ini dapat kita lihat pada ruang pulpa dan pada saluran akar. Secara anatomis, ruang pulpa pada gigi sulung bentuknya hampir mengikuti dari bentuk mahkota. Selain itu, pulpa pada gigi sulung secara proporsional lebih besar dan tanduk pulpa lebih dekat kearah cups daripada gigi permanent. Dentin yang melindungi pulpa di kamar pulpa dan dentinoenamel junction lebih tipis dari gigi permanen serta terlihat adanya peningkatan aksesori kanal dan foramina pada dasar ruang pulpa sehingga dapat menjelaskan tingkat respon dari nekrosis pulpa pada daerah furkasi pada gigi sulung yang sering terlihat sebagai gambaran radiolusensi. 3
      Aspek lain yang berbeda adalah perbedaan anatomis dari saluran akar gigi sulung dengan gigi permanen. Pada gigi sulung, akarnya secara proporsional lebih panjang dan lebih ramping dibndingkan dengan gigi permanen. Saluran akar lebih bersifat ribbon-like dan banyak memiliki filamen pulpa dan aksesori kanal. Pada gigi sulung molar, akarnya membelok tajam keluar dari arah servikal sampai ke arah akar untuk menyediakan tempat bagi benih gigi permanen. Lebar akar mesiodistal gigi depan sulung lebih sempit dari akar gigi permanen. Dan perbedaan yang paling nyata adalah akar gigi sulung mengalami resorpsi secara fisiologis. 3
      Perbedaan yang nyata mengenai anatomis pulpa pada gigi sulung perlu kita ketahui untuk menunjang keberhasilan perawatan yang akan kita lakukan khususnya untuk perawatan pulpa konservatif, perawatan hanya dilakukan sampai sebatas kamar pulpa dan meninggalkan jaringan pulpa vital pada saluran akar.

Perawatan Pulpa Konservatif

     Perawatan pulpa konservatif adalah perawatan yang dilakukan pada pulpa yang hanya terbatas pada ruang pulpa yang meliputi tindakan pulp capping dan pulpotomi. Secara umum pulp capping adalah suatu tindakan perawatan dengan mengaplikasikan bahan pelindung pada pulpa baik secara langsung maupun tidak langsung (pada selapis tipis dentin). Sedangkan pulpotomi merupakan suatu tindakan perawatan dengan mengambil pulpa vital pada bagian korona sampai batas sementoenamel junction dan mempertahankan pulpa saluran akar tetap vital dan sehat. Prosedur pulpotomi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan pulpitis ringan dan pasein dengan gigi dengan bentuk foramen apikalnya masih lebar. Sedangkan untuk pulp capping biasa dilakukan pada gigi dengan pulpa terbuka karena trauma mekanis (direct) dan pada gigi-gigi dengan karies yang dalam yang menyisakan selapis tipis dentin diatas kamar pulpa (indirect). 4
      Perawatan pulpa dengan pulp capping diindikasikan untuk gigi-gigi vital dan gigi-gigi dengan karies yang dalam (indirect) atau pada pulpa yang terbuka karena faktor mekanis misalnya terbuka saat melakukan pengeburan (direct). Bahan yang digunakan adalah calsium hidroksida. Bahan ini dapat merangsang pembentukan dentin sekunder atau jembatan dentin. Pada dasarnya prognosis untuk kasus dengan perawatan pulp capping adalah buruk, kecuali diameter pada gigi yang terlibat tidak lebih besar dari ujung jarum. Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa lebih baik langsung dilakukan pulpotomi pada pulpa yang terbuka disebabkan karena penyebaran bakteri dalam kamar pulpa yang diragukan sudah menyebar jauh. 1,2,5
      Perawatan lainnya dalam perawatan pulpa konservatif adalah pulpotomi. Pulpotomi dilakukan terutama pada gigi-gigi vital dengan pulpa terbuka lebih besar dari yang diindikasikan untuk perawatan pulp capping. Untuk pulpa vital telah dikembangkan 2 cara yaitu formokresol pulpotomi dan devitalisasi formokresol. Sedangkan untuk pulpa non vital dapat dilakukan metode pulpotomi mortal. Dalam aplikasinya, untuk perawatan pada pulpa vital yang biasa digunakan adalah pulpotomi formocresol. Hal ini disebabkan karena metode ini cepat dan dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan (one-visit pulpotomy) serta memilki tingkat keberhasilan yang memuaskan. Pada pulpotomi devital atau biasa disebut mumifikasi ini hanya dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu saja. Pada subbab berikut, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perawatan pulpa pada gigi sulung dengan metode pulpotomi devital. 4,5


DEVITALISASI PULPOTOMI
     Devitalisasi pulpotomy adalah pengambilan jaringan pulpa yang terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya telah didevitalisasi, kemudian dengan pemberian obat-obatan, jaringan pulpa dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan aseptik dan diawetkan. Pada awalnya perawatan pulpotomi pada gigi sulung dilakukan dengan teknik devitalisasi. Teknik multiple-visit formocresol pertama kali diperkenalkan oleh Sweet. Sweet melakukan mumifikasi pada pulpa keseluruhan sehingga pada saat terfiksasi secara teoritis pulpa pada bagian akar akan tersterilisasi dan terdevitalisasi sehingga terhindar dari infeksi dan resorpsi internal. Namun, dalam beberapa tahun kemudian, Sweet mengurangi jumlah kunjungan menjadi 2 kali kunjungan dengan alasan pertimbangan ekonomi dan tingkah laku pasien. Hal inilah yang merupakan cikal bakal pulpotomi devitalisasi dua kunjungan. 5,6

Indikasi
     Perawatan pulpotomi dengan teknik devitalisasi ini secara umum memiliki indikasi yang sama dengan pulpotomi vital konvensional. Hanya saja, perawatan ini lebih dianjurkan untuk kasus-kasus dimana perawatan pulpotomi vital konvensional tidak berhasil atau tidak dapat dilakukan dikarenakan masalah tingkah laku anak. Indikasi pulpotomi devital adalah sebagai berikut :
  1. Gigi sulung dengan pulpa vital terbuka karena karies atau trauma
  2. Pasien dengan perdarahan yang abnormal misalnya hemofili
  3. Bila perawatan vital sukar untuk dilakukan, misalnya karena kesulitan untuk melakukan penyuntikan anestesi lokal
  4. Pada gigi yang akarnya bengkok atau lokasi gigi sukar untuk dilakukan suatu pulpektomi. 
  5. Untuk anak yang kurang kooperatif. 5
Obat-obatan Untuk Mumifikasi
     Obat-obatan yang dapat digunakan dalam fiksasi jaringan (mumifikasi) pada teknik 2 tahap yaitu formocresol dan pasta devitalisasi (paraformaldehid). Formocresol mengandung 1% formaldehid, 35% kresol dalam larutan gliserin/air, yang nantinya akan digunakan sebagai obat untuk perawatan gigi-gigi molar susu dengan perforasi pulpa. Formocresol memiliki efek toksik baik lokal maupun sistemik, oleh karena itu penggunaannya saat ini sudah mulai dikurangi. Formocresol dapat dilakukan baik dalam teknik pulpotomi satu tahap maupun pada teknik dua tahap. Pada teknik satu tahap dilakukan dengan menempatkan gulungan kapas kecil yang dibasahi dengan obat ke potongan pulpa setelah pulpa di koronal dibersihkan dan perdarahan dihentikan. Gulungan kapas dibiarkan selama 5 menit, sehingga potongan jaringan pulpa akan berwarna hitam. Dressing kemudian dibuat dengan mencampur satu tetes formocresol yang sudah diencerkan dengan satu tetes eugenol dan preparat zinc oxide eugenol. Campuran dapat diulaskan ke orifice saluran akar sebelum bahan pelapis zinc oxide mengeras dan sebelum dilakukan restorasi koronal akhir. Pada teknik dua tahap, formocresol dimasukkan ke kamar pulpa dan dibiarkan selama 1 minggu dan pada kunjungan yang kedua baru perawatan diselesaikan seperti pada prosedur satu tahap. 2
      Bahan lain yang dapat digunakan adalah pasta devitalisasi (paraformaldehid). Pasta ini memiliki komposisi paraformaldehid 1.0g, Lignokain 0.06g, carmine 0.01g, Carbowax 1.3g, dan Propylene Glycol 0.5ml. Pasta ditempatka di atas bagian yang terbuka dan ditutup rapat pada gig selama 1 atau 2 minggu. Gas paraformaldehid merembes melalui pulpa bagian mahkota dan akar sehingga jaringan terfiksasi. Pada kunjungan pertama, bahan diletakkan pada gulungan kapas, diletakkan diatas daerah perforasi dan kemudian di dalam kamar pulpa selama 10-14 hari. Bila bahan langsung diletakkan diatas daerah perforasi, tindakan ini perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak menekan pulpa. Namun, pasien tetap saja akan mengalami rasa tidak enak sehingga perlu diberikan anagesik yang sesuai, Kemudian kavitas ditutup dengan bahan dressing ZOE. Pada kunjungan keduam dresing dilepas dan pasta formokresol-ZOE atau pasta Kri II dapat dimasukkan ke orifice saluran akar setelah sisa pulpa yang nekrotik dibersihkan dan diirigasi serta dikeringkan kavitasnya. 2

Prosedur Kerja
     Perawatan ini memiliki prosedur yang berbeda dengan teknik pulpotomi vital satu kali kunjungan. Hal ini disebabkan pulpa pada kamar pulpa tidak perlu seluruhnya diambil pada kunjungan pertama. Sebaliknya, pulpa pada kamar pulpa hanya dimatikan dengan pasta devitalisasi sehingga pada kunjungan yang kedua nantinya akan dilakukan prosedur yang sama dengan pulpotomi vital. Berikut ini akan dijelaskan prosedur kerja teknik devitalisasi pulpotomi. 1,7
      Pada kunjungan pertama, siapkan instrumen dan bahan. Idealnya gunakan kapas, bur, dan peralatan lain yang steril dan disimpan dalam kotak. Kemudian isolasi gigi tersebut. Gunakan rubberdam atau isolasi dengan kapas dan saliva ejector. Kemudian lakukan preparasi kavitas. Lakukan ekskavasi karies yang dalam. Buang karies dengan ekskavator secara perlahan, mula-mula dengan menghilangkan karies tepi, kemudian berlanjut ke arah pulpa. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa guna perawatan pulpotomi. Selain itu, penting untuk memperluas bagian oklusal kavitas pada seluruh permukaan oklusal dan perluasan melewati linggir oblik pada gigi molar dua rahang atas dan molar pertama rahang bawah. Setelah preparasi selesai, dilakukan irigiasi dengan cairan disinfektan H2O2 3%, dan keringkan. Setelah itu, dilakukan peletakan bahan devitalisasi yaitu pasta paraformaldehid. Pastikan bahwa bagian yang terbuka bebas dari debris. Siapkan kapas dengan ukuran yang cukup besar untuk menutupi bagian yang terbuka tetapi tidak sampai melebihi tepi kavitas. Masukkan pasta paraformaldehid dan kapas, ambil dengan ujung sonde dan tempatkan dengan perlahan diatas bagian yang terbuka. Setelah pasta devitalisasi ditempatkan, tutup pasta paraformaldehid dengan campuran zinc oxide eugenol yang cepat mengeras. 1,7
      Pada kunjungan kedua, setelah 1-2 minggu, isolasi gigi tersebut. Keluarkan tumpatan sementara zinc oxide eugenol dan pasta paraformaldehid. Kemudian dilakukan tes sondasi pada pulpa yang terbuka tersebut untuk memastikan bahwa pulpa telah menjadi nonvital yang dapat dilihat dari tidak adanya darah dan rasa sakit. Jika masih dijumpai pulpa vital, maka ulangi kembali prosedur pada kunjungan pertama selama 1-2 minggu. Setelah pulpa diketahui non vital, maka selajutnya dilakukan teknik pulpotomi vital. Buang pulpa bagian koronal dengan ekskavator besar atau dengan round bur dengan putaran perlahan. Kemudian bersihkan kamar pulpa dengan air atau saline steril dengan menggunakan spuit untukk mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa, dan keringkan dengan kapas steril. Setelah itu, siapkan bahan antiseptik degan mencampur eugenol dan formocresol dalam bagian yang sama dengan Zinc Oxide. Letakkan pasta antiseptik secukupnya untuk meutupi pulpa di bagian akar, dan serap kelebihannya dengan kapas basah secara perlahan. Setelah itu, melakukan penempatan semen basis yang cepat mengeras sebelum menambal dengan amalgam atau melakukan penyemenan untuk pemasangan stainless steel crown. 1,7

Komplikasi
     Setelah kunjungan pertama, nyeri mungkin dapat timbul jika pasta devitalisasinya terlalu menekan pulpa. Oleh karena itu dibutuhkan pemberian analgesik dengan dosis yang tepat untuk anak, misalnya aspirin. Dosis aspirin untuk anak di bawah 5 tahun 150 mg, sedangkan untuk anak di atas 5 tahun 300 mg. Selain itu, pulpa di mahkota juga dapat tidak seluruhnya menjadi non vital seperti yang diharapkan setelah 1 minggu aplikasi bahan devitalisasi. Hal ini bisa terjadi jika bahan devitalisasi tersebut bergeser dari tempat yang seharusnya ketika meletakkan semen sementara atau efek bahan devitalisasi yang kurang akibat pulpa terbuka yang kurang besar. Jika keadaan ini terjadi, operator dapat mengulangi tindakan pada kunjungan pertama dan melakukan prosedur pulpotomi vital pada kunjungan ketiga. 7

Evaluasi Keberhasilan
     Hobson melaporkan bahwa rata-rata keberhasilan perawatan untuk devitalisasi pulpotomi ini setelah 3 tahun adalah 77%. Namun demikian, berhasilnya perawatan devitalisasi pulpotomi sangat tergantung pada (1). Seleksi kasus, maksudnya tidak semua kasus yang dilakukan perawatan devitalisasi pulpotomi dinyatakan berhasil. (2). Kesehatan tubuh pasien. (3). Jangka waktu kontrol. Observasi setelah 6 bulan perawatan dan foto ronsen perlu dilakukan untuk membandingkan perubahan sebelum dan sesudah perawatan. Jika terjadi periodontitis kronis yang luas, maka harus dilakukan pencabutan. 1,5

PEMBAHASAN
     Perawatan pulpa dengan teknik devitalisasi pulpotomi atau pulpotomi dua kali kunjungan saat ini sudah jarang dilakukan. Saat ini, lebih banyak digunakan teknik pulpotomi dengan formocresol karena lebih cepat dan lebih mudah. Hanya pada beberapa kasus saja operator diharuskan untuk memilih teknik ini misalnya seperti pada kasus dimana anestesi lokal tidak dapat bekerja maksimal atau tidak dapat bekerja sama-sekali, dan juga pada anak-anak dengan tingkat kooperatif yang kurang memadai untuk dapat dilakukan prosedur pulpotomi vital satu kali kunjungan. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan untuk mumifikasi merupakan bahan keras yang bersifat toksik sehingga tidak dianjurkan penggunaan secara berlebihan. Oleh karena bahan yang digunakan bersifat toksik, biasanya prognosis gigi tersebut adalah buruk.

KESIMPULAN
     Perawatan devitalisasi pulpotomi merupakan salah satu pilihan perawatan untuk perawatan pulpa pada gigi sulung. Walaupun penggunaan teknik ini saat ini telah jarang digunakan karena bahan yang digunakan untuk mumifikasi jaringan merupakan bahan keras yang bersifat toksik, namun, pilihan perawatan ini tetap dapat dilakukan jika diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak: A manual of paedodontics. 2nd ed. Alih Bahasa. Agus Djaya. Jakarta: Widya Medika, 1992: 107-113.
  2. Harty FJ. Endodonti Klinis. 3rd ed. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates, 1992: 292-298.
  3. Ingle JI. Bakland LK. Endodontics. 5th ed. Ontario: BC Decker Inc., 2002: 861-862.
  4. Akbar SMS. Perawatan endodontik konvensional & proses penyembuhannya. 1st ed. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1989: 26-27.
  5. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 1st ed. Jakarta: Widya Medika, 1994: 115-122.
  6. Ranly DM. Pulpotomy therapy in primary teeth: new modalities for old rationales. Pediatric Dentistry. 1994; Vol.16 (6): 403-409.
  7. Kennedy DB. Konservasi Gigi Anak: Paediatric Operative Dentistry. 3rd ed. Alih Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC, 1993: 260-261